Andre Andhara

SBM ITB Seminar: Buya Hamka’s exemplary leadership and entrepreneurship

Buya Hamka: Teladan Kewirausahaan Berbasis Nilai dan Peradaban

Ketika mendengar kata entrepreneur, banyak orang langsung membayangkan sosok pebisnis yang berorientasi pada laba dan keuntungan. Namun, sejatinya seorang entrepreneur adalah pencipta nilai — seseorang yang melahirkan manfaat, inspirasi, dan perubahan positif bagi banyak orang. Dalam konteks ini, Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah merupakan contoh nyata seorang value creator sejati.

Sebagai ulama, sastrawan, dan pemikir besar, Buya Hamka telah memberi pengaruh yang mendalam terhadap masyarakat melalui karya dan pengabdiannya. Ia tidak hanya menghidupkan kembali spiritualitas umat, tetapi juga menanamkan semangat pengetahuan, karakter, dan kemajuan peradaban.

Pandangan ini disampaikan oleh Abdul Hadi Hamka, cucu Buya Hamka sekaligus perwakilan Buya Hamka Center Indonesia, dalam acara Expert Talk bertajuk “Buya Hamka’s Exemplary Legacy as the Foundation of Entrepreneurial Leadership” di SBM ITB (9/10).
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Hadi menguraikan bahwa nilai-nilai keteladanan Buya Hamka dapat menjadi fondasi kepemimpinan kewirausahaan yang relevan hingga masa kini.

Menurutnya, semangat kewirausahaan Buya Hamka dapat dilihat melalui tiga dimensi utama:

  1. Kewirausahaan Pengetahuan (Knowledge Entrepreneurship)
    Buya Hamka menunjukkan hal ini melalui karya intelektual monumental seperti Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, dan Lembaga Hidup. Selain itu, strategi beliau dalam menyebarkan gagasan lewat buku, majalah, ceramah, dan siaran radio menggambarkan kemampuan luar biasa dalam mendiseminasikan ilmu pengetahuan secara luas.
  2. Kewirausahaan Karakter (Character Entrepreneurship)
    Dalam Tasawuf Modern, Hamka menekankan spiritualitas yang aktif dan progresif, berpadu dengan etos kerja, tanggung jawab sosial, serta pembentukan karakter. Bagi Hamka, spiritualitas bukan alasan untuk pasif, melainkan energi untuk berkarya dan bermanfaat bagi sesama.
  3. Kewirausahaan Sosial dan Kultural (Social and Cultural Entrepreneurship)
    Kiprah Hamka di organisasi Muhammadiyah menunjukkan wujud nyata dari semangat kewirausahaan sosial. Ia berperan penting dalam mendirikan sekolah, rumah sakit, dan jaringan dakwah yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Buya Hamka juga menolak pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Bagi beliau, keduanya saling melengkapi dan menjadi dasar bagi pembelajaran sepanjang hayat. Etos kerja Islam yang beliau ajarkan menekankan profesionalisme, kejujuran, dan kebermanfaatan.

Melalui konsep Tasawuf Modern, Hamka mendorong masyarakat agar memiliki mentalitas yang kuat, maju, dan lapang, tanpa kehilangan identitas spiritual dan budaya ketimuran. Perjalanan hidupnya — dari belajar secara otodidak hingga menjadi ulama berpengaruh dunia — adalah potret kemandirian dan ketangguhan yang relevan untuk generasi masa kini.

Abdul Hadi menegaskan bahwa menyematkan istilah “entrepreneur” kepada Buya Hamka sejatinya mengembalikan makna luhur dari kewirausahaan itu sendiri. Hamka adalah seorang visioner yang peka terhadap kebutuhan zamannya, inovator yang melahirkan gagasan-gagasan besar, eksekutor yang produktif dalam menulis dan membangun institusi, serta pencipta nilai yang kekayaannya diukur bukan dari materi, melainkan dari gagasan dan inspirasi yang diwariskannya.

Melalui nilai-nilai keteladanannya, kita belajar bahwa kewirausahaan sejati bukan hanya soal bisnis, tetapi tentang menciptakan nilai, membangun karakter, dan memberi dampak berkelanjutan bagi masyarakat.

Share on linkedin
LinkedIn

Get My Books

Dapatkan segera buku Knowledge Management dan Panduan Membangun E-learning Platform